Encep Dul Wahab selaku dosen pembina menuturkan tujuan kunjungan ini untuk meneliti bagaimana pola interaksi diantara masyarakat orang Baduy dengan orang Baduy, orang Baduy dengan orang luar Baduy, Baduy Dalam dengan Baduy Luar juga Baduy Luar dengan Baduy Dalam. “Suku Baduy dinilai masih tetap survive dan eksis dengan nilai-nilai budayanya, mempertahankan pepatah-pepatah, petuah-petuah, prinsip-prinsip hidup yang sudah diturunkan oleh karuhun-nya.” tuturnya lebih lanjut, ketika ditemui di ruangannya (14/12)
Komisariat Mahasiswa (Kosma) Humas A, Chandra Saeful Bahri menuturkan kurang lebih ada 30 orang yang mengikuti perjalanan ini. Keberangkatan pada hari Sabtu (10/12) pukul 20.00 dan sampai di Ciboleger pada hari Minggu (11/12) pukul 04.00. Sedangkan kembali ke Bandung lagi, dari Ciboleger Minggu malam sampai Bandung Senin (12/12) sore. Total perjalanan yaitu tiga hari.
“Perjalanannya cukup menyenangkan dan melelahkan. Dan ternyata orang Baduy Luar itu putih sekali, cewek-nya cantik, bahkan ada yang kayak artis,” ungkap lelaki 22 tahun ini ketika ditemui sehari sesudah kepulangannya. Menurutnya, Baduy Luar sedikit lebih maju daripada Baduy Dalam karena orang Baduy Luar banyak yang berdagang dengan membuka warung. Beberapa meter dari Baduy Luar juga sudah ada Alfamart. Orang Baduy Luar juga sudah mengenal teknologi seperti handphone dan Playstation. Sedangkan di Baduy Dalam listrik pun tidak ada.
“Dan memang Baduy itu luar biasa. Alamnya masih asri dan orang-orangnya masih memegang teguh adat-istiadat, masih kuat dan nggak lekang walaupun di Ciboleger mulai ada Alfamart dan saya dengar itu laku. Saya juga nggak ngerti bisa ada mini market di kawasan Baduy,” lanjutnya sembari tertawa.
Jarak Baduy Luar (Ciboleger) dan Baduy Dalam (Cibeo) sangat jauh. Mereka harus menempuh perjalanan 12 jam bolak-balik Ciboleger-Cibeo, Cibeo-Ciboleger dengan jalan kaki melewati tujuh bukit dan beberapa puluh kampung untuk sampai di Baduy Dalam. ”Walaupun jalan berlumpur, banyak yang jatuh, nangis. Tapi kita khususnya Humas A bangga dapat menaklukan jalur itu dan mengibarkan bendera HIMMAS di tanah Baduy,” ungkapnya.
Satu hal yang menarik yang disampaikan Chandra “Jadi memang alam itu merefleksikan siapa diri kita sebenarnya,” ungkapnya menutup pembicaraan.[]Penny Yuniasri/SUAKA http://www.suakaonline.com/2011/12/15/humas-%E2%80%9Clintas-budaya%E2%80%9D-ke-baduy/
Posting Komentar